KSPSTK - Pembukaan Pelaksanaan Pelatihan Komite Pembelajaran Program Sekolah Penggerak tahun 2022 telah resmi dibuka. Pembukaan pelatihan ini disiarkan langsung melalui Kanal YouTube Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan, Selasa (10/5).
Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Praptono dalam laporannya mengungkapkan bahwa pelatihan ini telah mengalami penyempurnaan dari pelaksanaan pelatihan Program Sekolah Penggerak angkatan 1.
Tujuan pelaksanaan pelatihan ini, ungkap Direktur Praptono, adalah untuk memahamkan kepada para peserta pelatihan tentang Program Sekolah Penggerak, Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila dan implikasinya sesuai dengan peran para peserta masing-masing yaitu sebagai Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan para Guru.
Direktur Praptono juga mengungkapkan bahwa pelaksana pelatihan ini adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dan Balai Guru Penggerak.
"Pelatihan ini dalam pelaksanaannya, kami memberdayakan dan berkoordinasi dengan P4TK, dan sekaligus juga menjadi masa transisi untuk kita mulai melibatkan para pimpinan di Balai Guru Penggerak," ungkap Direktur Praptono.
Ia juga menjelaskan tentang jenjang yang akan mengikuti pelatihan dan juga struktur program kepelatihan ini.
"Jenjang yang akan mengikuti pelatihan ini PAUD, SD, SMP, SMA, SLB, dan Pengawas Sekolah," jelas Direktur Praptono.
"Struktur kepelatihan ini dikategorisasi menjadi 3 yaitu Kepala Sekolah dan Guru dengan durasi materi yang diberikan sebanyak 84 Jam Pelajaran (JP) dengan masing-masing JP 45 Menit dengan kelompok sinkronus sebanyak 62 JP dan asinkronus 22 JP. Untuk Guru Bimbingan Konseling sebanyak 84 JP dengan sinkronus 64 JP dan asinkronus 20 JP. Dan untuk Pengawas Sekolah sebanyak 124 JP dengan sinkronus 91 JP dan asinkronus 33 JP. Untuk pengawas durasinya lebih banyak karena peran pengawas kita harapkan untuk lebih optimal menjadi teman belajar, membantu dan berkoordinasi dengan fasilitator Sekolah Penggerak," tambahnya.
Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Praptono dalam laporannya juga mengungkapkan bahwa pelatihan ini diikuti oleh 40.223 peserta yang terdiri dari Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Guru.
"Pelatihan kali ini sangat fenomenal karena pada saat yang bersamaan, kita akan melatih Kepala Sekolah sebanyak 6.473 orang, Guru sebanyak 29.543 orang, dan Pengawas Sekolah sebanyak 4.207 orang yang akan mendapatkan peningkatan kompetensi dalam rangka untuk mengimplementasikan Merdeka Belajar pada saat yang bersamaan dengan durasi waktu yang minimal 84 JP dan karena ini lebih menekankan pada praktik sehingga masa belajar lebih kurang 6 Pekan," terang Direktur Praptono.
"Pelatihan ini akan sangat efisien karena dilakukan secara daring dan para peserta dituntut untuk mempraktekkan dari semua materi yang diberikan," tambahnya.
Pelatihan ini melibatkan narasumber dengan total sebanyak 1.994 orang dengan rincian yaitu 1.222 orang adalah fasilitator Sekolah Penggerak, Pengawas Sekolah sebanyak 660 narasumber dan Bimbingan Konseling melibatkan sebanyak 112 narasumber.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril menjelaskan bahwa Merdeka Belajar adalah sebuah jawaban dari pendidikan di zaman yang terus berubah dan semakin destruktif.
"Kita mengawal sebuah pendidikan pada sebuah zaman yang terus berubah dan semakin destruktif. Perubahan zaman ini tidak bisa kita prediksi. Lalu pendidikan seperti apa yang harus kita persiapkan di zaman yang semakin cepat berubah dan semakin destruktif ini? Jawabannya adalah Merdeka Belajar. Ini adalah salah satu konsep yang sangat fundamental dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara," jelas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril.
Dalam sambutannya, Iwan Syahril menjelaskan bahwa sekolah merupakan unit utama dalam melakukan inovasi di mana Kepala Sekolah menjadi pemimpinnya.
"Dalam Merdeka Belajar, sekolah adalah unit utama dalam melakukan inovasi. Kepala Sekolah adalah pemimpin inovasi untuk pembelajaran dengan fokus kepada murid sebagai esensi atau tujuan utamanya," ucap Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril.
Ia juga memberikan motivasi kepada para peserta untuk berani dalam mengambil resiko, berimajinasi, dan berani untuk gagal.
"Jika kita melihat apa itu inovasi, inovasi itu bukan hanya mencoba ide-ide baru tetapi keberanian untuk berimajinasi, keberanian untuk mengambil resiko, dan keberanian untuk gagal. Jika kita takut untuk melakukan uji coba terhadap ide-ide baru, dalam semangat inovasi itu adalah sebuah kemunduran. Janganlah kita takut untuk gagal karena itu adalah bagian perjalanan belajar untuk terus bisa menghasilkan terobosan-terobosan yang terbaik dalam hal ini yaitu inovasi pembelajaran untuk murid-murid kita di manapun kita berada," tukas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril.