Detail Program Pendidikan Sekolah Penggerak

thumbnail_program

Kurikulum Merdeka, Dinamisasi dalam Proses Pembelajaran

KSPSTK - Transformasi pendidikan yang sekarang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang luar biasa bagi seluruh insan pendidikan. Tetapi perubahan yang sedang terjadi ini tentu memerlukan jalan yang panjang agar semua dapat terwujud sesuai harapan.

Beragam program prioritas yang dihadirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi seperti Program Guru Penggerak, Program Sekolah Penggerak hingga Kurikulum Merdeka menjadi gerbang bagi Kepala Sekolah dan Guru untuk menjadi agen perubahan dunia pendidikan Indonesia.

Hal ini dirasakan oleh Kepala SMA Avicenna Jagakarsa DKI Jakarta, Muqorobin. Ia menjelaskan bahwa apa yang dihadirkan oleh Kemendikbudristek menjadi motivasi tersendiri bagi dirinya yang melihat bahwa apa yang terjadi pada dunia pendidikan Indonesia sebelum hadirnya program prioritas adalah sebuah proses pendidikan yang seragam dan perlu diperbaiki.

“Sebelumnya, saya lihat memang sejak dahulu proses pendidikan kita ini harus ada yang dibenahi dari sisi penguatan konsep maupun implementasinya. Dalam tanda kutip telah terjadi penyeragaman di mana materi yang ada itu sama, satu cara untuk semua, ini yang perlu diperbaiki,” ungkap peraih Kepala SMA Inspiratif Tingkat Nasional dalam Apresiasi Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 ini ketika ditemui Tim Publikasi Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan, Jumat (3/3/2023), di sela-sela Kegiatan Penyusunan Materi Program Prioritas Webinar Direktorat KSPSTK.

“Sekarang hadir Kurikulum Merdeka, ini sebagai langkah maju, dan ini yang saya harapkan sejak lama. Adanya kurikulum ini memberikan keleluasaan dan kemerdekaan bagi sekolah dalam proses pendidikan, ini yang menjadi motivasi saya,” tambahnya.

Muqorobin yang juga merupakan Kepala Sekolah Penggerak angkatan 1 ini mengungkapkan bahwa apa yang terjadi sebelum Kurikulum Merdeka hadir, para guru seperti dihadapkan pada rutinitas yang itu-itu saja dan seperti terpenjara dalam zona nyaman mereka.

“Sebelumnya, untuk di level guru, dalam proses pembelajaran tidak begitu berkembang dalam memberikan layanan. Artinya, dihadapkan pada satu rutinitas yang mengalir begitu saja dan juga semacam zona nyaman terkait dengan pengembangan pembelajaran termasuk dalam hal administratif,” ungkap Muqorobin.

“Seakan-akan di cara lama itu, administratif itu terasa begitu berat dan sudah dikunci. Tidak memberikan keleluasaan kepada guru dan ini menjadi salah satu variabel tidak berkembangnya guru dalam melaksanakan tugas maupun dalam pembelajaran. Dan ini berimbas pada siswa bahwa pembelajaran hanyalah sekedar menggugurkan kewajiban dan prestasi pun tidak berkembang sesuai dengan karakteristik anak karena semua diseragamkan dan tidak difasilitasi,” tambah Muqorobin.

Kurikulum Merdeka hadir memberikan dampak atau manfaat bagi semua untuk melakukan improvement baik dalam layanan maupun persiapan pembelajaran. Ini menjadi perhatian Muqorobin karena dengan keleluasaan yang diberikan dalam Kurikulum Merdeka, guru mampu mengembangkan kompetensi mereka sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

“Dan sekarang dengan Kurikulum Merdeka ini, semua diberikan keleluasaan. Guru bebas dan merdeka untuk melakukan improvement terkait dengan layanan dan persiapan pembelajaran. Pun berlaku untuk siswa, siswa juga ada kemerdekaan dalam hal pemilihan mapel, dalam pembelajaran, maupun dalam pengembangan minat dan bakat sesuai dengan karakteristik masing-masing. Hal inilah yang membedakan. Dan tentu itu semua semakin diperkuat dengan adanya komunitas-komunitas pembelajaran guru yang berjalan dengan baik,” ucap Muqorobin.

Sebagai orang tua dan kepala sekolah, hal yang sama ia rasakan juga dengan hadirnya Kurikulum Merdeka.

“Yang pasti saya merasa sangat senang. Ini adalah apa yang saya pikirkan 10 tahun yang lalu ketika membaca model pembelajaran di negara-negara maju Eropa seperti Finlandia. Dengan adanya ini, sebagai orang tua dan juga kepala sekolah, saya menganggap bahwa inilah jawaban terhadap apa yang kita pikirkan selama ini. Mudah-mudahan juga menjadi jawaban bagi permasalahan yang ada,” ucapnya.

“Ini pun mendorong saya untuk terus belajar. Long life learning, ini sangat penting. Kita di sini tidak sendiri, tidak ada sesuatu yang paripurna, apabila kita tidak tahu, tidak mengerti dan lain sebagainya, kita dapat bertanya kepada rekan-rekan dan juga fasilitator. Di kurikulum ini, ada dinamisasi dalam proses pendidikan, bukan sesuatu yang paripurna, yang sudah selesai ketika kita menjalani tugas-tugas itu,” tukasnya.

Menurutnya, pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek telah memberikan panduan atau tools untuk digunakan, dioptimalisasi, serta diberdayakan oleh satuan pendidikan.

“Perlu strategi jitu untuk mengoptimalkan dan memberdayakan tools yang telah diberikan Pemerintah. Jadi pemerintah sudah memberikan tools kepada kita, selanjutnya diberikan ke sekolah, nah kalau panduannya sudah bagus, kerangkanya sudah bagus, tetapi sekolah tidak bisa menterjemahkan dengan baik tentu akan menjadi masalah baru,” ucapnya.


“Lalu bagaimana untuk mengoptimalkan hal tersebut, kami membangun semacam ekosistem pembelajaran dengan pelibatan seluruh stakeholder. Jadi semacam forum untuk guru-guru share masalah yang ada atau berbagi praktik baik ke sesama. Dan ini terjadi secara otomatisasi dalam ekosistem pembelajaran di sekolah kami Avicenna Jagakarsa,” terang Muqorobin.

“Kami juga melibatkan atau membangun kolaborasi dengan pihak eksternal. Orang tua siswa, kita sampaikan terkait perubahan dan esensinya seperti apa, Alhamdulillah mereka mendukung sekali, ini yang diharapkan oleh mereka. Kami juga bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk pengembangan numerasi dan kompetensi guru-guru kami seperti dengan Institut Teknologi Bandung,” ungkapnya.

Ia pun mengingatkan kepada rekan-rekan di seluruh Indonesia untuk tidak menyia-nyiakan apa yang telah Kemendikbudristek berikan baik itu ruang dan kesempatan kepada satuan pendidikan untuk mengelola pendidikan sesuai dengan kondisi dan karakter daerah masing-masing.

“Buat teman-teman yang ada di seluruh nusantara, di seluruh penjuru negeri, Kemendikbudristek sudah memberikan ruang dan kesempatan untuk kita semua untuk memberikan dan mengelola tata kelola pendidikan sesuai dengan kondisi dan karakter daerah masing-masing, satuan pendidikan masing-masing, dan ini sangat bagus sekali, jangan sia-siakan peluang ini, ikuti seluruh perkembangannya dan terlibat dalam bagian perubahan dalam transformasi itu,” pesan Muqorobin.

“Kita tidak sendiri, kita bergotong royong, semua saling belajar sesama kepala sekolah dan guru dengan pihak lain, jangan merasa berat, semua akan terasa ringan jika kita berkolaborasi untuk mewujudkan Merdeka Belaajar. Ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk selalu belajar, Kurikulum Merdeka memberikan tantangan itu,” tutupnya.

# KURIKULUMMERDEKA # SEKOLAHPENGGERAK
INFO KSPSTK
QnA!