P3GTK - Linimasa pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak yang sudah disusun hingga tahun 2024 bukanlah angka‐angka belaka. Target sasaran terus ditingkatkan dalam rentang lima tahun (2020‐2024). Dari angkatan 1, 2, dan 3 diharapkan masing‐masing angkatan melahirkan 2.800 guru penggerak. Sasaran setiap angkatan 4, 5, dan 6 meningkat menjadi 8.000 guru penggerak. Angkatan 7, 8, dan 9, ditingkatkan lagi sasarannya 20.000 guru penggerak di setiap angkatan. Angkatan 10, 11, dan 12 diharapkan masing‐masing angkatan menyumbang 55.000 guru penggerak. Di angkatan 13, sebanyak 150.000 guru penggerak akan melengkapi linimasa 5 tahun pelaksanaan program guru penggerak. Total hingga tahun 2024, diharapkan lahir 405.000 guru penggerak.
Guru penggerak lahir dari kawah candradimuka pendidikan yang menjadi tanggung jawab Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (Dit. P3GTK). Setelah melalui pelatihan, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan, kelahiran guru penggerak menjadi momentum penting lahirnya para pemimpin pembelajaran (instructional leader). “Direktorat P3GTK telah mendesain ulang transformasi guru. Dari sisi kurikulum, semua pelatihan buat kepala sekolah, pengawas sekolah, pendidikan profesi guru merujuk pada kurikulum Pendidikan Guru Penggerak,” kata Dr. Praptono, M.Ed., Direktur P3GTK.
Kehadiran guru penggerak diharapkan dapat menyelesaikan banyak persoalan pendidikan. Ketika anggaran untuk pendidikan dan pelatihan guru dan tenaga kependidikan (GTK) berkurang, atau sarana prasarana masih belum sesuai standar, guru penggerak menjadi solusi persoalan. “Harapan untuk menciptakan pendidikan yang baik dan berkualitas, ekosistem belajar yang aman dan nyaman, ada di guru penggerak,” kata Direktur Praptono.
Fokus pada Implementasi
Pendidikan guru penggerak sudah memasuki angkatan 4, tak lagi menitikberatkan pada sosialisasi. Fokusnya lebih untuk mengangkat implementasi dan dampak kehadiran para guru penggerak. Angkatan 1 guru penggerak akan menuntaskan 9 bulan pendidikan guru penggerak pada Juli 2021 ini.
Perbincangan soal guru penggerak terkini harus menggaungkan implementasi dan keunggulan guru penggerak. “Mereka adalah sosok yang dinanti‐nanti oleh guru‐guru lain dan ekosistem pendidikan. Saya berharap, di angkatan 5 nanti, mungkin sudah tidak menyelenggarakan coaching clinic lebih dulu, namun bisa langsung pendaftaran, hingga beberapa tahapan seleksi,” kata Praptono yang pernah menjabat Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.
Peran Besar Guru Penggerak
Pak Direktur berharap, sosok yang mampu membumikan keberhasilan guru penggerak adalah guru penggerak itu sendiri. Selanjutnya, keberhasilan produk pendidikan guru penggerak diangkat melalui penilaian faktual dari siswa, orangtua siswa, kepala sekolah, pengawas sekolah, hingga dinas pendidikan di daerah masing‐masing. “Misi guru penggerak adalah menjadi guru hebat. Puncak pengabdian dari proses perjalanan guru adalah guru penggerak,” kata Direktur P3GTK.
Peran guru penggerak yang merampungkan pendidikan akan lebih dioptimalkan. Angkatan 1 guru penggerak mampu menjadi pengajar praktik pendidikan guru penggerak angkatan 5. Hitung‐hitungan anggaran pastinya akan lebih hemat sebab Direktorat P3GTK tidak perlu melaksanakan pelatihan pengajar praktik yang baru. Peran guru penggerak juga akan dirasakan untuk menghidupkan kegiatan MGMP dan KKG. Bukan sekadar guru ramai berkumpul, namun ada perubahan paradigma guru yang akan terus memantik kelahiran guru penggerak yang baru.
Tak ada salahnya berandai‐andai, kelak saat ada lebih dari 400.000 guru penggerak, pemerintah kabupaten/kota dan provinsi akan mudah menetapkan kepala sekolah, pengawas sekolah dan juga instruktur pelatihan. Negeri ini juga akan berlimpah calon pemimpin yang berasal dari guru penggerak. “Jika pemimpinnya adalah guru, harapannya negara menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang baik dengan Rabb Yang Mahapengampun,” ujar Direktur Praptono. (Annissa Nurmalia/Sosialisasi dan Publikasi)