P3GTK - Di sejumlah kesempatan bersama para calon guru penggerak, Dr. Kasiman, M.Pd., Koordinator Pokja Pendidikan Guru Penggerak, pada Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (Dit. P3GTK), sering ditanya: setelah jadi guru penggerak digaji berapa? Pertanyaan dalam redaksi lain: “Pak Kasiman, wani piro bayar guru penggerak?”
“Saya tegaskan, menjadi guru penggerak bukan untuk mencari keuntungan finansial. Mereka yang mengikuti guru penggerak adalah yang terpilih, yang memiliki daya juang tinggi memajukan pendidikan. Guru yang mengharap dapat uang berapa tidak cocok menjadi guru penggerak,” kata Kasiman, ketika memaparkan perkembangan Program Guru Penggerak hingga angkatan 4, pada kegiatan Pengolahan Bahan Publikasi Program Guru Penggerak di Tangerang, 9 Juni 2021.
Menuntaskan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1
Tujuan utama Pendidikan Guru Penggerak selama 9 bulan adalah menimba ilmu, mengubah paradigma menjadi pemimpin pembelajaran (instructional leader), kemudian mempraktikkan Merdeka Belajar melalui pembelajaran terbaik bagi siswa. Sebelum mengikuti pendidikan guru penggerak, peserta mengikuti proses rekrutmen, yang terdiri dari proses registrasi, verifikasi dan validasi, serta penilaian tahap 1 yang terdiri dari penilaian CV, penilaian esai dan tes bakat skolastik. Mereka yang lolos penilaian tahap 1 berlanjut pada penilaian tahap 2, yang terdiri dari simulasi mengajar dan wawancara.
Rekrutmen guru penggerak juga dibarengi seleksi untuk pengajar praktik (dulu disebut pendamping) dan fasilitator, yang hingga kini telah memasuki angkatan 4. Calon guru penggerak angkatan 1 dan 2 tengah mengikuti pendidikan guru penggerak. “Angkatan 1 sudah menyelesaikan pendidikan 6 bulan, kemudian melaksanakan lokakarya keenam pada tanggal 5 Juni 2021 lalu,” kata Kasiman menambahkan.
Selama 9 bulan mengikuti pendidikan guru penggerak, peserta menuntaskan sejumlah tahap berupa pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan. Para pengajar praktik angkatan 1 juga sudah melakukan pendampingan individu dan mengunjungi sekolah tempat mengajar calon guru penggerak. Seorang pengajar praktik mendampingi 5 hingga 8 calon guru penggerak.
Program Simultan Angkatan 1 Hingga 4
Program guru penggerak angkatan 2, 3, dan 4 dilaksanakan tanpa harus menunggu angkatan 1 tuntas. Ketika angkatan 1 hampir merampungkan pendidikan guru penggerak, angkatan 2 sudah mengikuti pendidikan memasuki bulan kedua. Angkatan kedua akan melakukan lokakarya perdana pada 29 Juni 2021.
Sementara tahapan rekrutmen guru penggerak angkatan 3 sudah selesai melaksanakan simulasi mengajar dan memasuki proses wawancara. Pendaftaran angkatan 4 yang dibuka pada 22 Maret 2021, mulai menjaring guru jenjang SMK dan guru SLB. Angkatan 1, 2, dan 3 baru diikuti guru TK, SD, SMP dan SMA. Angkatan 4 juga diperluas sasarannya menjadi 8.000 calon guru penggerak di 160 kabupaten/kota. Sasaran rekrutmen angkatan 1, 2, dan 3 menjaring masing-masing 2.800 calon guru penggerak di 56 kabupaten/kota.
“Proses rekrutmen angkatan 4 memasuki tahapan penilaian esai. Peminat angkatan 4 tetap besar. Pendaftarnya 41.980, namun hanya 17.407 yang mengajukan berkas. Proses seleksi diikuti 16.363,” kata Kasiman.
Hingga angkatan 4, masih banyak kabupaten/kota yang belum terjaring rekrutmen guru penggerak. Misalnya DKI Jakarta, belum satu pun kabupaten/kota administratif mendapat kuota sasaran. Di wilayah Provinsi Jawa Barat, ada Sumedang yang juga belum terwakili calon guru penggerak. Padahal, sebagian kabupaten/kota, seperti Bogor, Garut, dan Cirebon, sudah mengisi kuota di tiga angkatan guru penggerak.
Peserta dari kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta juga belum merata terjaring seleksi guru penggerak. Ada yang sudah 3 angkatan lolos seleksi, seperti Cilacap, Temanggung, dan Brebes. Sementara Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta belum satu pun terjaring seleksi. Semua kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah mendapatkan kuota sasaran. Peserta angkatan 4 terbanyak berasal dari NTT.
“Hingga angkatan 4, total baru 288 dari 514 kabupaten/kota, atau sekitar 56% sudah terjaring seleksi guru penggerak,” kata Kasiman. “Harapannya, hingga angkatan 6 sudah semua kabupaten/kota menjadi sasaran guru penggerak.”
Penjaminan Mutu
Sepanjang pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak, proses penjaminan mutu juga dilaksanakan. Jumlah peserta guru penggerak angkatan 1 dipastikan tidak utuh sebanyak 2.800. Tercatat 41 peserta mengundurkan diri. Penyebabnya beragam, di antaranya, berbarengan dengan diklat CPNS, diklat Pendidikan Profesi Guru, ada juga yang sakit dan meninggal dunia.
Proses penjaminan mutu dilakukan dengan menilai semua komponen pendidikan guru. Mulai dari materi pendidikan, penugasan, tingkat kehadiran, proses pembelajaran, pengajar praktik, hingga fasilitator. “Proses penjaminan mutu, masih berupa sampling sekitar 50 peserta yang dilakukan secara acak. Hasilnya rata-rata 95% merasa puas dengan materi pendidikan hingga implementasinya. Mereka secara terbuka menyampaikan apa yang sudah dilakukan,” kata Kasiman.
nstrumen penjaminan mutu secara keseluruhan disusun ketika pendidikan modul 1 tengah berjalan. Instrumen penilaian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran keberhasilan guru penggerak. Kalangan Dinas Pendidikan ada yang menilai seleksi guru penggerak lebih sulit daripada seleksi CPNS. Sejumlah daerah juga telah menyusun kegiatan penguatan untuk mencari calon guru penggerak terbaik. (Opik Desanto/Sosialisasi dan Publikasi)