KSPSTK - Pada Webinar IKM Series: Peningkatan Kompetensi GTK Dalam Rangka Menyambut Semester Baru, Kamis (15/6/2023), yang disiarkan langsung melalui Kanal YouTube Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Syukur Rochmahwati selaku narasumber membagikan praktik baik dan pengalamannya mempersiapkan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Rochmah, sapaan akrabnya, adalah seorang Kepala Sekolah KB Permata Hati Kabupaten Semarang, menceritakan bagaimana awalnya mendaftarkan Kurikulum Merdeka di tahun 2022. Pada saat itu merasakan perasaan yang berkecamuk karena belum tahu apa yang harus dilakukan.
“Situasi saat itu, setelah mendaftarkan Kurikulum Merdeka di tahun 2022, terus terang berkecamuk di pikiran saya dan rekan guru karena belum tahu apa yang harus dilakukan,” ungkap Rochmah.
Lantas, ia menganggap bahwa ada tantangan di setiap pilihan yang ia ambil. Berbagai tantangan ia hadapi mulai dari guru yang belum siap berubah, penggunaan aplikasi hingga guru mempunyai pekerjaan lain setelah mengajar.
“Tentu ada tantangan di setiap pilihan yang kita ambil. Tantangan yang saya hadapi yaitu belum semua guru siap berubah dan belajar karena menyadari bahwa perubahan itu akan tidak mudah bagi para guru. Karena yang tadinya guru belajar melalui webinar sekarang dituntut untuk bertransformasi belajar mandiri di KM, memilih apa yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi lembaga itu sendiri. Kemudian juga puru belum terbiasa belajar menggunakan aplikasi. Dan beberapa juga mempunyai pekerjaan lain setelah mengajar,” ungkap Rochmah.
Dari tantangan yang ada, angin segar pun datang dari PW Himpaudi Jawa Tengah. Ia menjelaskan PW Himpaudi Jateng mendata serta mengumpulkan peserta IKM saat itu untuk belajar bersama di komunitas belajar.
“Dari situasi dan tantangan yang ada, ternyata angin segar datang dari PW Himpaudi Jawa Tengah yang melakukan pendataan peserta IKM. Setelahnya kami dikumpulkan untuk belajar bersama yang didalamnya itu kami bersama-sama menelaah buku panduan dan masuk berselancar di Platform Merdeka Mengajar,” ucapnya.
Bekal yang ia dapat dari belajar bersama di komunitas belajar tersebut, kemudian ia imbaskan kepada rekan-rekan guru agar mereka mengenal dan kemudian tertarik untuk masuk ke PMM.
“Setelah mengikuti kegiatan dari PW Himpaudi, saya merasa punya bekal. Kemudian mengajak teman-teman membedah mempelajari buku panduan mengenai KOSP. Dan dari situlah teman-teman mulai tertarik masuk ke PMM. Itu pencapaian yang kecil tetapi bagi saya sebagai kepala sekolah itu luar biasa sekali. Setiap proses walaupun sedikit kami hargai,” ungkap Rochmah.
Langkah berikutnya yang ia lakukan adalah menyampaikan tentang Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) kepada wali murid.
“Kemudian, kami menyampaikan tentang IKM ke wali murid. Sambutan pun sangat baik. Mereka bersedia untuk mengisi survei kebutuhan. Guru sudah oke. Wali murid juga bersemangat. Survei kebutuhan ini dibutuhkan untuk menyusun KOSP. Data anak diperoleh sejak awal pendaftaran dengan mengisi pertanyaan seputar anak, orang tua juga dimintai tentang harapan dan impian tentang anak mereka di sekolahkan di kami. Guru juga begitu, harapannya seperti apa, lalu lembaga kami ini punya kelebihan apa, kekurangan apa, tantangan dan peluangnya apa. Data yang didapat kami oleh menjadi visi, misi, dan tujuan serta karakteristik lembaga kami,” ungkapnya.
“Dukungan dari wali murid tidak hanya mengisi survei. Setelah diterangkan mengenai Kurikulum Merdeka mereka tergugah, oh ternyata itu penting, zaman mereka dengan zaman anak mereka akan berbeda, maka dengan sukarela mereka menyediakan media bermain untuk anak-anak. Dan mitra pembangunan juga turut serta. Hasil dari media bermain itu, yang dari triplek, kayu dan lain-lain dibuat menjadi meja invitasi. Meja invitasi ini adalah sebuah meja undangan untuk bermain. Media yang kita terima pun beragam antara lain berupa ban bekas, kayu-kayu bekas buah, triplek. Di sini mereka menuangkan ide-ide mereka, mengambil mainan sendiri hingga merapikannya sendiri,” tambahnya.
Setelahnya, refleksi pun ia lakukan. Hasil refleksi yang ia dapat adalah kepala sekolah sebaiknya belajar dan tahu lebih dahulu tentang Kurikulum Merdeka, PMM, Pelatihan Mandiri, dan lain sebagainya dan jadikan komunitas belajar sebagai tempat belajar bersama dan sharing sesuatu.
“Kepala sekolah harus belajar dan lebih tahu tentang Kurikulum Merdeka. Tidak cukup belajar sendiri, komunitas belajar pun dibutuhkan. Karena kalau kita belajar sendiri itu berat, up and down semangatnya. Komunitas belajar ini bisa menjadi tempat curhat apabila kita menemukan sesuatu yang tidak dimengerti,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, pemahaman dan penerapan konsep bermain guru harus benar saat menerapkan kurikulum merdeka di PAUD. Kemudian refleksi yang terakhir adalah guru harus belajar menjadi fasilitator agar dapat mewujudkan konsep berpusat pada anak,” tambahnya.
Ia pun membagikan tips menyusun KOSP. Berikut adalah tips-tipsnya
- Pelajari tahap-tahap di buku panduan
- Buat catatan kecil saat belajar di PMM
- Ajak seluruh warga sekolah mengisi survei kebutuhan
- Analisa data dengan jujur
- Tuangkan data ke dalam dokumen KOSP dengan kata-kata sendiri, bukan copy paste dari sumber lain.