KSPSTK - Sekolah yang berprestasi merupakan impian banyak pihak yang terlibat dalam sekolah tersebut. Semua pihak yang terlibat dalam pengembangan sekolah, mulai dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, sampai pada masyarakat yang mempercayakan anaknya untuk masuk di sekolah tersebut memimpikan sekolahnya menjadi sekolah yang berprestasi. Namun, sering kali kita terjebak di dalam istilah prestasi yang diharapkan. Semua pihak yang terlibat dalam pengembangan sekolah tersebut sering kali berharap bisa mengubah sekolahnya menjadi sekolah lain yang dikenal sebagai sekolah berprestasi. Penyelenggara sekolah berusaha keras menyulap sekolahnya menjadi seperti sekolah lain yang diangap berprestasi. Segala usaha dilakukan untuk mencapai cita-cita tersebut, namun sering kali mengalami kegagalan karena tidak didukung oleh sumber daya yang dimiliki. sekolah berprestasi seyogyanya bisa dibentuk apabila kita mampu memanfaatkan aset-aset yang dimiliki oleh sekolah
SMA Negeri 2 Tejakula memiliki guru yang sekaligus sebagai kreator lukisan wajah plastik. Guru tersebut adalah Made Agus Janardana, S.Pd..Gr., M.Kom. lukisan wajah plastik karya Bapak Made Agus Janardana ini merupakan karya seni kreatif ilustrasi wajah atau gambar tematik yang dibuat dari penerapan teknologi digital desain grafis serta dipadukan dengan seni mendaur ulang sampah plastik kemasan. Melalui karya wajah plastik ini, Bapak Made Agus Janardana menamakan dirinya sebagai Made Oplas yang merupakan akronim dari Manusia dengan operasi plastik. Sedemikan sehingga, Bapak Made Agus Janardana juga dikenal sebagai Bapak Made Oplas. Berdasarkan kompetensi yang dimilikinya tersebut, tentu ini merupakan modal dan aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh sekolah. Terlebih lagi, Pak Agus bersedia mengajarkan anak-anak membuat karya wajah plastik ini, karena wajah plastik menurutnya adalah gerakan edukasi menyelamatkan sampah plastik secara kreatif. Dengan demikian sekolah membentuk kelas khusus yang disebut kelas wajah plastik.
Setelah memberikan pemahaman kepada siswa tentang penyelamatan lingkungan, siswa selanjutnya diajarkan cara mendesain wajah dengan menggunakan photoshop. Bapak Made Agus Janardana mengajak siswa untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu membersihkan sampah plastik yang telah terkumpul. Sampah-sampah plastik yang telah dibersihkan tersebut kemudian digunting dan dibentuk pola sesuai dengan desain. Warna sampah plastik yang dipilih juga disesuaikan dengan gambar desain. Pola-pola yang telah dibuat oleh anak-anak kemudian ditempel pada gambar desain dengan menggunakan lem khusus. Lukisan wajah plastik yang dihasilkan ini kemudian digunakan sebagai bahan untuk mempublikasikan kepada masyarakat melalui sosial media.\
Aktivitas yang dilakukan ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap sekolah. Sekolah menjadi dikenal oleh berbagai pihak. Sekolah dibuat menjadi pusat pengembangan wajah plastik oleh Bapak Made Agus Janardana. Hasil karya Bapak Made Agus Janardana bersama anak-anak juga menghiasi kantor depan sekolah yang sebelumnya memiliki penampilan yang tidak maksimal. Saat ini, kantor depan sekolah diubah menjadi semacam galeri lukisan wajah plastik sedemikian sehingga kantor depan menjadi lebih cantik. Selain itu, berkat kelas wajah plastik ini, siswa di SMA Negeri 2 Tejakula terbiasa menyelamatkan sampah plastik kemasannya. Bahkan, besarnya minat masyarakat terhadap lukisan wajah plastik ini membuat tim kreatif sekolah memberanikan diri untuk melukis wajah seorang pengusaha oleh-oleh khas Bali yang sangat sukses dan terkenal. Berkat usaha tim kreatif yang gigih, akhirnya lukisan wajah plastik tersebut diterima dengan baik oleh pengusaha tersebut. Ini merupakan dampak yang sangat luar biasa, sebab guru, pegawai dan siswa SMA Negeri 2 Tejakula tidak pernah bisa bermimpi bisa diterima dengan baik di rumah pengusaha terkenal tersebut, bahkan tim diterima di tempat beliau biasa menerima tamu dari kalangan pejabat dan artis nasional. Dampak luar biasa ini tidak berhenti sampai di sana, beliau bahkan memesan lukisan wajah plastik untuk beberapa pejabat negara dan beberapa artis nasional yang biasa akrab dengan beliau.
Dampak lain juga diperoleh dari geliat kelas wajah plastik ini. Banyak sekolah yang tertarik untuk mengadakan workshop pengelolaan sampah plastiknya menjadi lukisan wajah plastik. Terlebih lagi sekolah-sekolah yang telah menerapkan kurikulum merdeka. Sekolah pelaksana kurikulum merdeka wajib melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 berupaya menjadikan peserta didik sebagai penerus bangsa yang unggul dan produktif, serta dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkesinambungan. Terdapat enam tema dalam pelaksanaan P5 di sekolah, yaitu: (1) Gaya Hidup Berkelanjutan, (2) Kearifan Lokal, (3) Bhinneka Tunggal Ila, (4) Bangunlah Jiwa dan Raganya, (5) Rekayasa dan Teknologi, dan (6) Kewirausahaan. Tiap tema yang diterapkan diharapkan mampu membentuk dimensi Profil Pelajar Pancasila yakni beriman, berkebhinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, serta mandiri.
Salah satu tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh sekolah adalah “gaya hidup berkelanjutan”. Dalam Panduan Penguatan Profil Pelajar Pancasila, disebutkan tema gaya hidup berkelanjutan bertujuan agar peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya. Melalui penerapan tema gaya hidup berkelanjutan, diharapkan peserta didik memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Oleh karena itu, mengajak siswa untuk membuat lukisan wajah plastik ini sangat sesuai dengan tema gaya hidup berkelanjutan tersebut. Pada proses pembuatannya, mampu mengajak siswa untuk membentuk keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan.
Dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, siswa diajak mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam prilakuknya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran agamanya. Siswa diajak untuk memperkuat iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menghargai segala bentuk ciptaan-Nya. Siswa dibiasakan menghargai manusia lain, alam tempat mereka tinggal, serta mahluk hidup lainnya yang ada di sekitar mereka. Sebelum melaksanakan projek, anak-anak selalu diajak berdoa untuk mengucap syukur atas kesehatan yang dianugrahi Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu sub elemen beriman adalah memiliki ahlak kepada alam. Projek pembuatan lukisan wajah plastik ini jelas mampu membentuk ahlak siswa untuk selalu menjaga alamnya serta mampu memahami keterhubungan ekosistem bumi.
Dimensi berkebhinekaan, siswa diajak memiliki semangat untuk mempertahankan budaya luhur, lokalitas, dan identitas serta tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai. Kebhinekaan artinya beraneka ragam, bermacam-macam, banyak ragam, dan lain-lain, yang mengarah kepada banyanknya perbedaan yang ada dalam masing-masing kehidupan. Kebhinekaan lebih tertuju pada nilai nasional, yaitu keanekaragaman suku bangsa, ras, agama, budaya, bahasa, dan lain-lain yang di Indonesia. Kebhinekaan global adalah perasaan menghormati keberagaman. Kebhinekaan global adalah toleransi terhadap perbedaan. Pada projek pembuatan lukisan wajah plastik ini, siswa dibentuk rasa hormatnya pada keberagaman. Siswa justru sangat senang dengan keberagaman warna-warna pada plastik-plastik kemasan sebagai bahan lukisan wajah plastik ini. Melalui warna-warna yang beragam itu, lukisan wajah plastik semakin terlihat indah. Dengan demikian, semangat menghargai keberagaman pada siswa akan terbentuk dalam pembuatan lukisan wajah plastik ini. Selain itu, dalam pengerjaan lukisan wajah plastik ini, siswa cenderung melakukannya secara berkelompok. Oleh karena itu, tentu mereka harus saling menghormati satu sama lain, saling toleransi terhadap perbedaan yang terdapat di antara mereka, sedemikian sehingga mampu menghasilkan karya yang baik. Dengan demikian projek pembuatan lukisan wajah plastik ini diyakini mampu membentuk dimensi berkebhinekaan global siswa.
Dimensi gotong royong, siswa diarahkan untuk kembali memperkuat jiwa dan semangat gotong royong yang saat ini mulai luntur di kalangan generasi muda kita. Paadahal, gotong royong ini merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita masayarakat Indonesia, namun perkembangan jaman menjadikan semangat gotong royong ini semakin mengikis. Oleh karena itu, penting kiranya dilakukan pembelajaran atau aktivitas-aktivitas yang mampu menumbuhkan sikap gotong royong pada siswa-siswa kita. Guru mesti konsisten melaksanakan pembelajaran yang mampu menumbuhkan jiwa gotong royong itu, misalnya dengan melaksanakan pembelajaran berkelompok. Proses pembuatan lukisan wajah plastik ini memang direkomendasikan untuk dikerjakan secara berkelompok. Hal ini disebabkan karena aktivitasnya terbagi menjadi beberapa bagian, yang jika dikerjakan sendiri akan jauh lebih rumit. Ada anggota kelompok yang memotong pola, ada anggota kelompok yang mencari plastik dengan warna yang sesuai pola untuk kemudian plastik tersebut digunting sesuai dengan pola, lalu ada juga siswa yang menempelkan pola plastik tersebut ke desain gambar wajah plastik. Dengan demikian, proses pembuatan lukisan wajah plastik ini jelas mampu menumbuhkan semangat gotong royong dalam diri siswa. Siswa akan selalu senang melakukan kegiatan bersama-sama dengan sukarela, sehingga kegiatan tersebut terasa lebih lancar, mudah, dan ringan. Melalui gotong royong, tentu dapat mendorong kolaborasi, kepedulian, serta rasa ingin berbagi kepada lingkungan sekitar.
Dimensi bernalar kritis, siswa diajak untuk meningkatkan kemampuan bernalar kritisnya untuk menghadapi kompetisi global yang terjadi saat ini. Perilaku bernalar kritis adalah perilaku yang selalu mengedepankan kebenaran, sehingga selalu berusaha mencari kebenaran dari setiap informasi yang diterima. Dengan kata lain pelakunya selalu mengedepankan logika dalam mencari kebenaran, dalam menyelesaikan suatu masalah. Orang yang bernalar kritis tidak mudah percaya pada informasi yang diterima dan akan berfikir berdasarkan fakta-fakta yang ada. Begitu pun dalam mengambil keputusan, akan selalu mempertimbangkan dengan fakta yang diterima. Projek pembuatan lukisan wajah plastik ini juga mampu mengajak siswa untuk meningkatkan kemampuan bernalar kritis mereka. Siswa selalu dihadapkan pada pemilihan jenis sampah plastik yang akan diaplikasikannya pada desain wajah. Teori yang dimilikinya tidak selalu sesuai ketika diaplikasikan, apalagi jenis dan warna sampah plastik sangat beragam. Pada saat-saat tertentu, siswa dituntut untuk mencari alternatif-alternatif lain untuk bisa menyelesaikan lukisan tersebut. Salah satu contonhnya, siswa tidak menemukan sampah plastik yang warnanya sama dengan pola, maka siswa tersebut diharapkan mampu mencari alternatif warna lain yang tidak merubah struktur desain. Contoh lainnya adalah, ketika melakukan penempelan, siswa merasakan ketidakcocokan warna yang terdapat dalam desain. Melalui sikap kritis yang dimilikinya, siswa mampu mengubah warna sedemikian sehingga hasil lukisan lebih menarik. Dengan demikian, proses pembuatan lukisan wajah plastik ini mampu membentuk kemampuan bernalar kritis siswa.
Dimensi mandiri, siswa diharapkan memiliki sikap kemandirian. Kemandirian merupakan kunci penting dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut disebabkan karena siswa yang memiliki sikap mandiri akan mampu menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Siswa yang memiliki dimensi mandiri ini akan mengenali kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi. Sedemikian sehingga siswa tersebut mampu mengelola dirinya sendiri, dalam bentuk pikiran, perasaan ataupun tindakan, untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersamanya. Melalui projek pembuatan lukisan wajah plastik ini, siswa diharapkan mampu memahami kekuatan dan kelemahan atas dirinya sedemikian sehingga mampu mengambil peran dalam proses pembuatan lukisan. Apabila siswa merasa lemah dalam pembuatan desain, maka siswa akan mengambil peran pada tugas yang lainnya, dengan demikian siswa akan mampu maksimal mengerjakan tugasnya. Siswa juga berupaya semaksimal mungkin berperan dalam tugas berkelompoknya sehingga pekerjaan tersebut bisa selesai dengan baik dan tepat waktu. Ini menunjukkan terbentuknya dimensi mandiri pada siswa tersebut. Dengan demikian, pembuatan lukisan wajah plastik ini mampu membentuk dimensi mandiri pada diri siswa.
Dimensi Kreatif, Siswa diarahkan agar memiliki sikap kreatif dalam dirinya. Kreatif yang dimaksud di sini adalah suatu kemampuan individu dalam memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinil, bermanfaat, dan berdampak. Kreativitas yang dimiliki oleh siswa akan membawa mereka pada upaya menghasilkan inovasi-inovasi yang pada akhirnya dapat menjadi solusi terhadap suatu permasalahan. Bahkan, mereka akan mampu memecahkan permasalahan yang sifatnya lokal maupun permasalahan global. Untuk menciptakan berbagai penemuan inovatif di masa depan diperlukan kreativitas yang tinggi. Lukisan wajah plastik merupakan salah satu inovasi yang terlahir dari kreativitas Bapak Made Agus Janardana. Melalui projek ini, siswa dihadapkan pada salah satu contoh inovasi yang terlahir dari kreativitas yang dimiliki. Selain itu, anak-anak digugah untuk bisa melakukan inovasi-inovasi lainnya. Melalui pembuatan lukisan wajah plastik ini, siswa diberikan kebebasan untuk berkreatifitas dalam memadukan warna, berkreatifitas dalam membuat objek gambar, serta kreatifitas-kreatifitas lainnya yang sangat mungkin dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, pembuatan lukisan wajah plastik ini sangat telat digunakan sebagai upaya membentuk dimensi kreatif dalam diri siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, terlihat begitu maksimalnya projek pembuatan lukisan wajah plastik ini dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila. Hal ini yang menjadikan sekolah-sekolah lain berniat untuk mengundang Bapak Made Agus Janardana untuk memberikan workshop pembuatan lukisan di sekolahnya. Bahkan tidak sedikit sekolah-sekolah dari luar kabupaten yang juga mengundang Bapak Made Agus Janardana untuk memberikan workshop ini. Hal ini membawa dampak positif pada pengembangan sekolah, karena sekolah semakin dikenal oleh masyarakat. SMA Negeri 2 Tejakula semakin dikenal oleh sekolah-sekolah lain. Bahkan tidak hanya sekolah yang mengundang Bapak Made Agus Janardana untuk berbagi, terdapat Lembaga Pelatihan Kerja, Karang taruna, perguruan tinggi, serta kelompok masyarakat Juga tertarik untuk mengetahui cara pembuatan lukisan tersebut. Hal ini membuat semakin dikenalnya SMA Negeri 2 Tejakula di Provinsi Bali. Bahkan banyak tamu yang datang ke SMA Negeri 2 Tejakula untuk melihat pengelolaan sampah plastiknya menjadi lukisan wajah plastik.
Gede Benny Kurniawan
SMA Negeri 2 Tejakula, Bali