KSPSTK - Seorang pegawas menceritakan kisah pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang menggambarkan pelaksanaan projek yang kurang tepat. Pada saat beliau diundang menghadiri perayaan projek, beliau berhenti pada salah satu stand siswa yang sedang membuat kue tradisional, dan bertanya, “Nak, kue ini bahannya apa saja?” Yang mengagetkan adalah jawaban dari siswa, “Maaf Bapak, kue ini bahannya dari mama saya. Kami hanya menggoreng saja. Jadi kita tidak tahu bahannya apa.”
Sesuai dengan namanya, P5 adalah projek pengembangan karakter pelajar Indonesia agar para pelajar menjadi pelajar yang menghidupi nilai-nilai Pancasila. Menjadi Pelajar Pancasila, itulah tujuan pelaksanaan P5 di dalam Kurikulum Merdeka. Tujuan itu bisa dicapai ketika aktivitas projek lebih mengedepankan proses dibandingkan hasil. Inilah kenapa pelaksanaan P5 (Kurikulum Merdeka) harus berbasis pada cara berpikir bertumbuh (growth mindset) bukan cara berpikir tetap (fixed mindset).
Dari praktik baik pelaksanaan P5 di sekolah penulis, paling tidak ada tiga hal pokok (Anda bisa menambahkan) yang harus dipahami dan tentu saja dipraktikkan oleh kepala sekolah dan para guru sebagai pembimbing projek. Tiga hal pokok tersebut yaitu:
- Tahapan Projek
- Pelibatan Siswa
- Refleksi
Tahapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Peristiwa yang dijumpai pengawas pada saat dilaksanakan perayaan projek di atas adalah bentuk tidak terjadinya proses. Ada hasil tapi prosesnya tidak terjadi sehingga tidak terjadi penguatan karakter pada diri peserta didik. Peristiwa itu terjadi bisa disebabkan karena kekurangpahaman guru pembimbing terhadap substansi P5. Hal ini bisa saja sebagai akibat kepala satuan pendidikan yang tidak menguasai/memahami P5.
Karena itu kepala satuan pendidikan harus memahami Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Ketika kepala sekolah memahami P5 maka ia bisa mendampingi para guru untuk menjadi pembimbing P5.
P5 sebagai aktivitas kokurikuler yang mengembangkan karakter peserta didik maka alur pelaksanaannya harus diikuti. Alur P5 adalah cermin alur proses. Di dalam proses itulah terjadi pengolahan dan pembentukan karakter.
Ada empat alur yang merupakan tahap pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
- Tahap Pengenalan
- Tahap Kontekstualisasi
- Tahap Aksi
- Tahap Refleksi- Tindak Lanjut
Aktivitas setiap alur menggambarkan proses pembentukan karakter peserta didik. Sebagai contoh pembimbingan projek dengan topik Membangun Harmoni di Area Publik. Topik itu diturunkan dari tema Bhinneka Tunggal Ika.
Pada tahap kontekstualisasi peserta didik melakukan eksplorasi opini dan praktik di dalam masyarakat terkait perbedaan di area publik apakah masih menjadi kendala dalam membangun keharmonisan. Peserta didik melakukan observasi di beberapa area publik seperti tempat rekreasi, taman perumahan, RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak), dan TPU (Tempat Pemakaman Umum). Apa yang mereka temukan pada saat observasi didiskusikan di dalam kelompok.
Setelah mereka mendiskusikan hasil observasi, mereka memutuskan untuk melanjutkan pendalaman data temuan melalui wawancara. Peserta didik melakukan wawancara kepada pengelola TPU. Rumusan pertanyaan wawancara telah mereka diskusikan terlebih dahulu agar mereka fokus pada data yang ingin digali.
Proses mereka menentukan indikator dan instrumen wawancara menghidupi dimensi/elemen/sub elemen yang telah ditentukan di dalam modul projek. Pada projek yang saya dampingi salah satu elemen yang dihidupi adalah berkebinekaan global. Dimensi ini punya 4 elemen yang terdiri dari 11 sub elemen. Sesuai dengan panduan pelaksanaan P5, satuan pendidikan disarankan menghidupi 2-3 dimensi. Dari masing-masing dimensi bisa diambil 2-3 elemen/sub elemen.
Salah satu suplemen yang kami hidupi adalah menumbuhkan rasa menghormati terhadap keberagaman budaya. Peserta didik pada saat wawancara menjadikan sub elemen ini sebagai bagian untuk menghargai pendapat orang lain, dalam hal ini pendapat dan atau kebijakan praktik yang sedang diteliti.
Penulis melihat antusiasme peserta didik dalam menjalankan proses ini sangat tinggi. Mereka memperoleh bukan hanya data yang mereka cari tetapi pengalaman bagaimana menggali informasi dari narasumber. Mereka belajar kritis sekaligus rendah hati dan teliti. Ini karakter lain yang sering tidak tertulis di dalam modul projek. Karena itu, pelaksanaan P5 ini kaya akan pengembangan diri dan karakter jika dilaksanakan berbasis pada cara berpikir proses.
Pelibatan Peserta Didik
Pentingnya pelibatan peserta didik pada proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas, baik dalam intrakurikuler maupun kokurikuler seperti P5 adalah karakteristik Kurikulum Merdeka.
Pelibatan yang semakin besar kepada peserta didik adalah praktik baik penghargaan terhadap martabat kemanusiaan. Istilah orang Jawa “diwongke” (dimanusiakan) Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus membuat manusia (pendidik dan peserta didik) berkembang menjadi manusia yang semakin manusiawi.
![KSPS-Tzu-Chi2](https://i.ibb.co/Vw7n3W0/KSPS-Tzu-Chi2.jpg)
Pelaksanaan P5 dari alur tahap pertama sampai tahap akhir yaitu refleksi melibatkan peserta didik secara optimal. Ini yang menjadi salah satu alasan kenapa para peserta didik antusias dan senang melaksanakan P5. Seperti yang diungkapkan Darren kelas 10 dari SMA Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta Barat kepada penulis, “Saya senang Pak kalau jam pelajaran Projek. Saya seperti bebas ngomong dan tentu badan saya juga bebas bergerak. Apalagi ada wawancara ke luar sekolah lagi”
Dari pengamatan dan pencatatan yang penulis buat, berikut ini beberapa dampak positif dari pelibatan peserta didik.
- Peserta didik lebih bertanggung jawab atas aktivitas yang mereka laksanakan. Penulis menjumpai setiap peserta projek mempunyai tanggung jawab melaksanakan apa yang telah mereka putuskan dalam kelompok. Misalnya ketika mereka membagi tugas berdua-dua untuk wawancara maka keduanya melaksanakan sesuai dengan keputusan.
- Peserta didik merasa senang. Ini penting dalam proses projek. Ketika mereka merasa senang maka mereka akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh
- Mereka akan mengeluarkan semua energi untuk hasil terbaik. Penulis menemukan ini ketika mereka berusaha mendapatkan nilai terbaik dari pelaksanaan P5. Sebagaimana di dalam panduan projek, asesmen di dalam projek dilaksanakan berdasarkan instrumen dan indikator yang dibicarakan bersama antara pembimbing dengan peserta projek. Inilah alasan kenapa mereka sangat antusias dan berusaha mengeluarkan seluruh energi untuk meraih hasil maksimal.
- Mengasah daya kritis peserta didik. Kompetensi ini diasah secara maksimal dalam proses pelibatan peserta didik dari sejak awal perancarangan projek, pelaksanaan dan evaluasi.
Refleksi Projek
Refleksi adalah melihat kembali proses yang telah terjadi secara holistik. Refleksi ini menjadi bagian yang sangat penting baik untuk pembimbing maupun untuk peserta didik dan untuk satuan pendidikan.
Melalui refleksi peserta didik dan pendidik akan memperoleh data apa yang menjadi kekuatan dan apa yang masih menjadi kelemahan dalam melaksanakan projek. Di dalam refleksi ini, fokus kita pertama-tama pada proses atau tahapan yang kita laksanakan. Dari refleksi ini kita akan memperbaiki proses yang belum maksimal.
![KSPS-Tzu-Chi3](https://i.ibb.co/6HCdfRy/KSPS-Tzu-Chi3.jpg)
Refleksi bisa dilakukan oleh setiap peserta projek secara individual, atau antar beberapa peserta dan atau dengan pembimbing. Kita bisa menggunakan contoh lembar refleksi yang ada di dalam buku panduan pelaksanaan P5.
Refleksi bisa dilakukan di tengah proses pelaksanaan dan juga bisa dilakukan pada akhir projek. Pada tengah proses projek, refleksi akan memberi manfaat untuk perbaikan tahap berikutnya atau mendalami aktivitas tertentu.
Sedangkan refleksi yang dilakukan pada akhir projek memberi petunjuk tindak lanjut yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan hasil. Misalnya tindaklanjutnya adalah kolaborasi dengan mitra professional lainnya, bisa dunia industri atau kampus.
Penutup
Tiga hal penting terkait pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
- Projek ini bukan projek-projekan melainkan projek yang membangun karakter pelajar kita. Karena itu penting bagi kita memahami alur aktivitas projek sesuai dengan panduan yang sudah diberikan oleh Kemendikbudristek. Dengan mengikuti panduan tersebut kita telah melaksanakan P5 sebagai proses pembentukan karakter. Jangan terjebak untuk mendapatkan hasil. Hasil memang penting tetapi lebih daripada itu, proses lebih utama.
- Libatkan peserta didik secara maksimal dalam setiap tahap projek. Merekalah yang melaksanakan projek. Merekalah subjek dari pelaksanaan projek. Dengan melibatkan mereka secara optimal kita telah memberi ruang berkembang menjadi pribadi yang semakin bertanggung jawab dan memanusiawikan mereka.
- Jadikan refleksi sebagai pembiasaan atas setiap aktivitas yang kita lakukan baik itu projek maupun pembelajaran intrakurikuler. Refleksi bukan hanya memberi petunjuk kepada kita mengenai kekuatan dan kelemahan kita, dan tindak lanjut apa yang harus kita lakukan. Refleksi juga mencirikan bahwa kita adalah makhluk mulia, karena “hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani” (Aristoteles)
![KSPS-Tzu-Chi](https://i.ibb.co/ypjGKh6/KSPS-Tzu-Chi.jpg)
Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta Barat