KSPSTK - Aktivitas sekolah di masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Sebagaimana analisis konteks yang tertuang dalam Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). Tiap-tiap sekolah memiliki kekhasan sesuai dengan budaya masyarakat sekitar, kesiapan tenaga pendidik dan kependidikan, serta input siswa. Pengembangan mutu sekolah perlu memperhatikan latar belakang tersebut yang sangat terbantu oleh potret sekolah melalui rapor mutu pendidikan. Kepala sekolah sebagai nahkoda dari kapal besar pendidikannya menggunakan kompetensinya secara optimal dan profesional. Melalui 3 peran besarnya untuk melakukan supervisi akademik, manajerial, dan kewirausahaan.
Peran kepala sekolah sangatlah menentukan keberhasilan program yang telah dirancang. Dalam perjalanan panjangnya tentu tidaklah mudah. Ombak dan badai bahkan keterbatasan kepemimpinan kepala sekolah bisa memengaruhi apakah kapal besar berlabuh di dermaga impian atau tidak. Kepala sekolah dan guru membutuhkan teman belajar agar kapal bisa berlabuh dengan smooth dan semua penumpang berbahagia.
Teman belajar tersebut adalah pengawas sekolah. Kehadiran pengawas sekolah sebagai teman belajar lebih dinamis dalam menjalankan tugas dan fungsi kepengawasan. Potret yang sesungguhnya dapat terekam secara jujur dan valid. Tentu saja data ini bisa memberikan kemudahan bagi pengawas untuk bisa memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Lalu bagaimanakah peran pengawas sebagai teman belajar bisa efektif?
Aksi Nyata Pengawas Sekolah
Sebagaimana namanya yaitu teman, maka pengawas hadir secara menyeluruh dan total. Pengawas mengamati aktivitas kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa dari pagi hingga siang hari. Pengawas mengenali mereka dalam satu koridor. Proses ini tentu tidak bisa dilakukan jika kehadiran pengawas hanya beberapa jam saja. Dari analisis kebutuhan tersebut maka lahirlah sebuah pemikiran untuk membuat aktivitas selama satu hari penuh di sekolah binaan. Program ini disebut PNS yang merupakan singkatan dari Pengawas Ngantor di Sekolah.
Kegiatan ini secara sadar dikondisikan oleh pengawas sekolah. Diawali dengan penyebaran angket yang berisi kondisi lingkungan sekolah, kesiapan guru dan tenaga kependidikan, raw input siswa, budaya, sosisal ekonomi masyarakat, dan tak kalah penting kebutuhan yang diharapkan oleh sekolah. Survei ini menjadi data awal untuk bisa mengenal sosok sekolah dan segala harapan yang tertuang dalam visi sekolah. Data ini digunakan pengawas untuk memverifikasi ketika program PNS berjalan di sekolah tersebut.
Kegiatan berikutnya adalah visitasi di sekolah. Kunjungan ini tidak selalu terencana. Pengawas terkadang bisa ngantor tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (incognito). Dengan tujuan agar truly school dapat dipotret secara utuh. Lalu dimanakah posisi pengawas selama di sekolah? Pengawas berperan sebagai mitra yang akan beraktivitas, berinteraksi, dan berdiskusi dengan semua warga sekolah serasa ia adalah bagian dari sekolah tersebut.
Aktivitas yang dilakukan sedari pagi dimulai dari menyambut kehadiran siswa dan guru. Hal menarik dari ativitas awal ini adalah mengetahui secara detil habituasi pagi yang berjalan di sekolah. Bukan sebagai pemeriksa atau pemantau melainkan sebagai bagian dari warga sekolah. Tegur sapa dan salam menjadi awal yang baik agar pengawas bisa diterima di sekolah tersebut. Habituasi pagi di sekolah sangat beragam. Ada yang mengawali hari dengan senam pagi, hafalan surah pendek, membaca Asmaul Husnah, mengaji pagi, literasi, atau bersholawat. Pengawas bergabung sebagai guru di tengah-tengah kegiatan tersebut. Sangat natural ketika pengawas benar-benar hadir dalam aktivitas tersebut.
Pengawas menyambut guru dan siswa dengan salam sapa dan doa
Ketika semua siswa telah berada di dalam kelas atau berkegiatan pembelajaran bersama guru kelas atau guru mata pelajaran, pengawas mulai melayani kebutuhan kepala sekolah. Dalam aktivitas ini pengawas menyediakan diri membantu kesulitan yang dihadapi kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai manajer. Bukan hal mudah bagi kepala sekolah untuk mengetahui apa saja tugasnya dan bagian mana yang membutuhkan pendampingan. Hal ini terjadi jika kepala sekolah belum membiasakan diri untuk melakukan refleksi di akhir aktivitasnya.
Untuk memudahkan kepala sekolah menyampaikan kebutuhan pendampingannya secara terstruktur, maka pengawas bisa memulai dengan menanyakan kebutuhan standar menggunakan 8 (delapan) SNP yang dipersyaratkan. Pemilihan standar minimal ini bukan hirarki untuk melihat keberadaan atau kondisi sekolah namun sebagai panduan batasan pengawas dalam menemani kepala sekolah mempersiapkannya. Materi bisa dimulai dari hasil rapor mutu dan rekomendasinya, atau KOSP, atau pelaksanaan supervisi akademik dan manajerial atau sarana prasarana sekolah. Tentu hal ini tidak bisa terlayani seluruhnya, namun setidaknya telah terpeta dan terverifikasi secara valid.
Mari kita mulai dari sarana dan prasarana. Pengawas sekolah meminta kepala sekolah untuk berkeliling sekolah. Tujuannya adalah menunjukkan sarana dan prasarana sekolah dimulai dari titik terluar. Batas sekolah dari depan hingga belakang. Pengawas bisa melakukan pengecekan kepemilikan sertifikat sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan melihat ruang kelas. Berapa jumlah murid yang dilayani dalam satu kelas dan bagaimana kenyamanan murid dalam mendapatkan pengalaman belajar. Dari sini pengawas bisa melihat keaktifan guru dan etos belajar guru yang perlu selaras dengan kebutuhan belajar siswa. Tak kalah penting adalah apakah perpustakaan sebagai sumber belajar telah dimanfaatkan secara optimal. Pengawas bisa melihat jadwal dan jurnal serta kondisi dalam perpustakaan secara langsung. Aktivitas di dalam perpustakaan memiliki jejak yang bisa dijadikan rekomendasi dalam diskusi bersama kepala sekolah. Tak terlewatkan juga melihat UKS sekolah. Pengawas bisa melihat apakah program UKS sudah menjadi habituasi warga sekolah, misalnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Semua sarpras yang ada di sekolah benar-benar bisa dilihat oleh pengawas dan secara langsung dimanfaatkan oleh guru dan siswa secara riil.
Pengawas dan Kepala Sekolah melihat batas wilayah sekolah sesuai dengan sertifikat
Setelah berkeliling, pengawas mengajak diskusi kepala sekolah tentang pelaksanaan supervisi akademik yang merupakan pengontrol kegiatan pembelajaran. Pengawas bisa menanyakan program dan dan laporan jika ada. Namun jika tidak ada, maka akan menjadi bagian penting untuk ditindaklanjuti. Rata-rata kepala sekolah belum bisa menempatkan diri sebagai mitra guru. Sehingga benar-benar menjadi bagian yang cukup merisaukan para guru. Di sisi ini pengawas akan mensimulasikan bagaimana pra supervisi bisa menjadikan peran kepala sekolah sebagai teman belajar guru.
Dengan melihat kondisi sarpras dan supervisi tersebut telah menjadikan bahan materi pendampingan bagi pengawas kepada kepala sekolah dan guru. Selanjutnya pengawas menawarkan bagian mana yang akan didiskusikan. Mari kita mulai dari supervisi akademik. Pengawas menggunakan pembimbingan untuk memperbaiki pelaksanaan supervisi akademik. Pengawas dan kepala sekolah bisa mencari tempat yang nyaman dan duduk secara menyudut. Sebagai pembimbing, pengawas menyampaikan tujuan dari pembibingan adalah memperbaiki pelaksanaan supervisi akademik. Tahapan-tahapan bimbingan bisa dilakukan dengan model pembimbingan yang diketahui. Salah satunya model TIRTA yaitu penyampaian Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab. Salama proses pembimbingan pengawas harus dalam posisi sadar sebagai pembimbing dan bukan mentor. Jika dalam proses menemukan hal yang membutuhkan perbaikan konsep maka, pengawas menyelesaikan sesi pembimbingan terlebih dahulu. Hal ini agar tujuan pembimbingan tercapai.
Pengawas melaksanakan pembimbingan untuk supervisi akademik
Jika mendapati kepala sekolah yang belum memahami bagaimana pra observasi supervisi akademik dilakukan, maka pengawas bisa mensimulasikan bersama dengan guru. Langkah ini sangat efektif dilakukan karena pengawas menjadi role model bagi kepala sekolah. pra observasi dilakukan dengan mengajak guru dalam sesi pembimbingan dengan tujuan perbaikan perangkat atau modul ajar. Sesi ini pun harus dituntaskan. Pengawas bisa menambah sesi pendampingan setelah pembimbingan jika ada konsep yang perlu diperbaiki atau bahkan konsep yang salah.
Di akhir kegiatan pengawas menyempatkan untuk memberikan pembinaan kedinasan pada semua guru dan tenaga kependidikan. Hal ini dilakukan untuk revitalisasi program pemerintah terkait aktivitas di Platform Merdeka Mengajar, Implementasi Kurikulum Merdeka dan hal lain. Sesi ini akan sangat seru jika di awal perbincangan pengawas menyampaikan kehadirannya sebagai teman belajar dan bukan sekedar pengawas.
Hasil Kegiatan Pengawas Ngantor di Sekolah
Setelah kegiatan Pengawas Ngantor di Sekolah usai, banyak hal yang bisa diperoleh. Diantaranya mengenal kepala sekolah dan guru dengan pendekatan kekeluargaan. Mengetahui secara detil kebutuhan sekolah. memberikan pelayanan secara langsung dan berkelanjutan. Dan tak kalah penting adalah membantu sekolah menyelaraskan program pemerintah dengan program sekolah sehingga mencapai kemerdekaan guru dan siswa. Tentu saja tujuan akhirnya adalah kesejahteraan murid.
Dampak lain drai kegiatan PNS, beberapa kepala sekolah dan guru secara sadar meminta supervisi klinis. Menjadi secercah harapan yang indah bagi pengawas karena kehadirannya benar-benar bisa secara langsung memberikan dampak pada keberlangsungan dan perbaikan pembelajaran di kelas dan mutu program sekolah.
Testimoni warga sekolah
Pengawas juga meminta testimoni dari warga sekolah. testimoni merupakan kesaksian seseorang yang merasa puas terhadap sebuah pelayanan atau jasa yang telah diberikan pengawas pada sekolah. Pada umumnya seseorang skeptis terhadap hal baru. Sehingga perlu mengambil testimoni untuk menyampaikan kebermanfaatan sebuah program. Inilah beberapa testimoni dari warga sekolah tentang kegiatan Pengawas Ngantor di Sekolah:
Harapan Masa Depan
Refleksi yang baik akan melahirkan informasi positif dan negatif. Secara jujur pengawas juga melakukan refleksi sehingga program PNS dapat selalu mejadi program yang menjawab kebutuhan pendidikan. Hasil refleksi yang berupa informasi positif adalah: pengawas mengetahui secara detil profil sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, serta siswa. Peran sebagai teman lebih mudah diterima untuk bisa membantu sesuai dengan kebutuhan. Ada kedekatan kekeluargaan yang lebih bisa diterima dari pada sosok pemantau.
Adapun informasi negatif yang diperoleh adalah: waktu yang dibutuhkan sangat panjang untuk bisa mengetahui semua sekolah binaan. Sehingga perbaikan yang bisa dilakukan adalah membuat jadwal yang proposional bagi sekolah agar bisa lebih cepat memberikan pelayanan.
Lina Kamalin, S.Pd.,M.Pd
Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi