KSPSTK - Penerapan Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI pada SMA Plus Citra Madinatul Ilmi adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada nilai-nilai agama dan lingkungan hidup untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap keberlanjutan lingkungan. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta mendorong siswa untuk mengambil tindakan konkrit untuk melestarikan alam sebagaimana himbauan dan perintah dari Tuhan yang Maha Esa.
Beberapa strategi yang digunakan dalam “Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI” di SMA Plus Citra Madinatul Ilmi yang pertama adalah upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pembelajaran konservasi. Misalnya, siswa dapat mempelajari tentang ajaran agama yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga keberlanjutan alam dan memperlakukan makhluk hidup dengan baik. Kedua, menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Misalnya, siswa dapat diberi kesempatan untuk melakukan proyek-proyek konservasi, seperti menjelajahi hutan mangrove, menyusuri ekosistem sungai, observasi bekantan dan primata lainnya secara langsung di habitat alaminya serta birdwatching, observasi keanekaragaman hayati lainnya di kawasan “Pulau Curiak”, dan aksi konservasi penanaman pohon rambai mangrove yang merupakan salah satu pakan dari bekantan.
Gambar 1. Bersama staff Lembaga Global Nature Conservation pada Kawasan Pulau Curiak Provinsi Kalimantan Selatan
Ketiga, mendorong partisipasi siswa dalam kegiatan konservasi di luar kelas. Misalnya, siswa dapat diajak untuk bergabung dengan organisasi atau komunitas yang peduli terhadap lingkungan. Keempat, menggunakan metode pembelajaran yang berbasis pengalaman. Misalnya, siswa dapat melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang memperlihatkan kerusakan lingkungan atau tempat yang melakukan praktik konservasi yang baik contohnya adalah mengunjungi Lembaga Global Nature Conservation pada Kawasan Pulau Curiak Provinsi Kalimantan Selatan.
Dalam pembelajaran konservasi berbasis Eco-Learning PAI, siswa tidak hanya mempelajari tentang keberlanjutan lingkungan, tetapi juga belajar untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan mengambil tindakan nyata untuk melestarikannya. Pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap alam, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di masa depan berdasarkan pengamalan agama dari Tuhan yang Maha Esa.
Gambar 2. Siswa menanam rambai sebagai pakan Bekantan di habitat hutan mangrove
Masalah Mendasar
Masalah mendasar sebelum adanya “Penerapan Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI” di SMA Plus Citra Madinatul Ilmi disebabkan beberapa faktor sebagai berikut: Pertama, pembelajaran yang membosankan dan monoton: Jika seorang guru tidak kreatif dan inovatif, maka ia mungkin akan menggunakan metode pengajaran yang membosankan dan kurang menarik. Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa tidak termotivasi. Kedua, kurangnya keterampilan guru dalam mengajar: Jika seorang guru tidak profesional, maka ia tidak memiliki keterampilan yang cukup dalam mengajar. Ini dapat menyebabkan siswa tidak memahami materi pelajaran dengan baik dan akhirnya kurang siap dalam menghadapi ujian. Ketiga, guru belum menggunakan variasi metode dan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan tepat guna: jika metode dan model pembelajaran yang digunakan tidak menarik perhatian siswa, maka siswa akhirnya kehilangan minat terhadap pelajaran yang dipelajarinya.
Kemudian setelah adanya ide pengembangan pembelajaran PAI yang kreatif dan inovatif yaitu terkait dengan pembahasan melestarikan lingkungan hidup sesuai dengan syari’at dan risalah agama, salah satu terobosanya adalah dengan melakukan “Penerapan Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI” di SMA Plus Citra Madinatul Ilmi.
Akan tetapi ada beberapa faktor masalah yang dihadapi oleh sekolah atau guru dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran konservasi berbasis eco-learning PAI yaitu kurangnya pemahaman tentang konsep pembelajaran konservasi yaitu banyak guru PAI mungkin belum memahami sepenuhnya konsep dan manfaat dari pembelajaran konservasi berbasis eco-learning PAI. Hal ini dapat membuat mereka enggan untuk menerapkannya dalam pembelajaran.
Gambar 3. Siswa antusias mengikuti pembelajaran lapangan
Kurangnya sumber daya dan dukungan: Guru PAI mengalami kesulitan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran ini karena kurangnya sumber daya dan dukungan, seperti buku teks, materi pembelajaran, dan pelatihan. Kemudian Tidak terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda sehingga guru PAI lebih terbiasa dengan pendekatan pembelajaran tradisional yang lebih fokus pada pemahaman konsep agama melalui ceramah tanpa mengintegrasikan ilmu lainya, seperti pada aspek materi lingkungan hidup.
Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan upaya meningkatkan pemahaman guru PAI tentang konsep dan manfaat dari penerapan “Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI” yang pada artikel ini akan saya tuliskan apa saja sebab-akibat dari masalah-masalah yang telah diuraikan diatas sekaligus mengupas tuntas tentang solusi apa saja yang harus dilakukan agar penerapan “Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI” berjalan dengan baik secara AIKEMI (Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Kreatif dan Islami).
Sebab dan Akibat
Salah satu faktor utama penyebabnya adalah ketidakprofesionalan seorang guru dalam mengajar. Begitu juga guru belum menerapkan metode dan model pembelajaran secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, meyenangkan dan Islami. Sehingga menyebabkan beberapa permasalahan yang harus dicarikan alternatif solusinya. Dari faktor permasalahan tersebut dapat disimpulkan dengan beberapa sebab.
Sebab pertama, Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan: Seorang guru yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang diajarkan dan kurang keterampilan dalam cara mengajar dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran siswa. Sebab kedua, Kurangnya persiapan dan perencanaan: Seorang guru yang tidak mempersiapkan pelajaran dengan baik dan tidak merencanakan materi yang akan diajarkan dapat membuat pembelajaran menjadi kurang efektif dan tidak menarik.
Sebab ketiga, kurangnya motivasi dan minat dalam mengajar: Seorang guru yang kurang termotivasi dan tidak memiliki minat yang kuat dalam pengajaran dapat mempengaruhi semangat belajar siswa dan kualitas pembelajaran mereka. Sebab keempat, tidak adanya komunikasi yang baik dengan siswa: Seorang guru yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak memahami kebutuhan dan kemampuan siswa juga dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Akibat dari ketidakprofesionalan seorang guru dalam mengajar dapat berdampak pada keberhasilan belajar siswa dan kinerja sekolah. Siswa mungkin tidak dapat memahami atau tertarik pada pelajaran yang diajarkan, dan hal ini dapat mengurangi motivasi belajar mereka. Selain itu, kurangnya kualitas pengajaran juga dapat mempengaruhi reputasi sekolah dan dapat membuat orang tua siswa kehilangan kepercayaan pada sistem pendidikan yang ada pada sekolah.
Gambar 4. Siswa dan guru melakukan susur sungai di hutan mangrove setelah penanaman
Alternatif Solusi Penerapan Pembelajaran Konservasi Berbasis Eco-Learning PAI
Dari permasalahan sekaligus sebab dan akibat dari apa yang sudah saya uraikan pada opini atau penjelasan diatas diperlukan sebuah solusi-solusi yang harus dilakukan oleh guru PAI dan sekolah untuk ditindak lanjuti. Solusi pertama adalah integrasi pembelajaran, Pembelajaran konservasi dapat diintegrasikan kedalam muatan kurikulum PAI dengan mengajarkan nilai-nilai keislaman yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan menjaga keberlangsungan makhluk hidup. Kedua, Penggunaan metode pembelajaran berbasis pengalaman dan proyek. Pembelajaran yang efektif dari metode tersebut adalah melalui kunjungan lapangan, praktek langsung diluar kelas. Ketiga, mendorong partsipasi siswa dalam kegiatan konservasi berbasis Eco-Learning PAI contohnya adalah dengan mengujungi Fondation Global Nature Conservation pada kawasan Pulau Curiak Provinsi Kalimantan Selatan.
Indra Wijaya, MA
SMA Plus Citra Madinatul Ilmi
Provinsi Kalimantan Selatan