Artikel

Membangun Sekolah Literat: Mewujudkan Siswa yang Cerdas dan Berkualitas

img

KSPSTK - Sekolah literat yaitu sekolah yang semua warganya memiliki jiwa literasi. Literasi merupakan istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah sesuai dengan tingkat keahliannya masing-masing.

Berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) yang dirilis, Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 71 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Skor membaca Indonesia yang jauh tertinggal dari negara-negara yang disurvei, menurut penulis merupakan salah satu penyebab rendahnya kemampuan menyampaikan gagasan melalui tulisan.

Hasil survey PISA itu merupakan gambaran masyarakat Indonesia ke depan. Jika tidak segera ditangani dengan serius, bukan tidak mungkin masyarakat Indonesia ke depan tidak cerdas dan tidak mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang kompleks. Tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain sehingga tetap saja akan menjadi bangsa yang tertinggal.

Berdasarkan kondisi tersebut perlu ada upaya nyata dari sekolah sebagai lembaga strategis dalam menyiapkan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Di sekolah para siswa harus dibimbing dan diarahkan agar gemar membaca dan menulis menuangkan gagasannya. Kegiatan membaca dan menulis harus menjadi budaya positif di sekolah. Pihak sekolah harus terus bergerak agar kemampuan siswa dalam  membaca teks dan menuangkan gagasannya berupa tulisan dari waktu ke waktu semakin baik.

Membangun sekolah literat diyakini akan menjadikan para siswa semakin cerdas. Sementara itu masyarakat cerdas sangat dibutuhkan dalam menghadapi permasalahan yang semakin kompleks ini. Penulis yakin para siswa akan semakin cerdas apabila budaya baca tulis terus dibangun bersama-sama dengan mengadakan berbagai kegiatan berbasis literasi. Dari enam literasi dasar yang harus dikuasai para siswa, literasi baca tulis merupakan hal yang pokok. Literasi lainnya akan berkembang dengan baik apabila para siswa terlebih dahulu memiliki budaya baca tulis yang baik.

Membangun budaya baca dan menulis di sekolah tidak mudah. Perlu kesabaran dan kerja militan dari kepala sekolah dan para guru. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dalam membangun budaya literat sangat penting. Hal ini karena kepala sekolah akan mampu menggerakan para guru agar memberi contoh dan mendorong para siswa supaya mau membaca dan menulis menuangkan berbagai gagasannya. Selain itu dukungan dari semua warga sekolah juga penting sehingga program membangun sekolah yang literat itu benar-benar akan terwujud.

Langkah-langkah yang harus lakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut. Pertama, membentuk tim literasi sekolah. Tim ini terdiri atas wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, pembimbing ekstrakurikuler, petugas perpustakaan, dan beberapa guru sebagai anggota. Tugas tim ini yaitu menggerakan para siswa agar memiliki minat yang tinggi pada membaca dan menulis. Tim menjadwalkan pembiasaan yang rutin dilakukan oleh para siswa, seperti membaca bersama, menulis, melaporkan hasil membaca, dan lain-lain. Kedua, adanya keteladanan dari kepala sekolah. guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Keteladanan itu diawali dengan sikap positif dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya terhadap kegiatan literasi di sekolah. Setelah itu perlihatkan di depan para siswa bahwa kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan gemar membaca dan menulis. Penulis selalu menjelaskan betapa pentingnya membaca dan menulis pada setiap pertemuan dengan guru-guru, TAS, dan siswa. Penulis selalu menshare tulisan hasil karya sendiri pada group WA guru-guru dan tenaga administrasi sekolah (TAS), selalu menunjukkan buku hasil karya penulis kepada guru-guru, TAS, dan siswa. Ketiga, adanya gerakan literasi sekolah (GLS). Gerakan ini berupa membaca dan menulis masal, membaca bersama orang tua siswa, menciptakan sekolah yang kaya teks berupa kata-kata bijak tentang pentingnya membaca dan menulis, tantangan membaca/menulis bagi siswa dan guru, dan wakaf buku dari semua warga sekolah. Keempat, pemberian reward kepada para siswa yang banyak mengunjungi perpustakaan dan membaca buku. Pemberian reward ini dilakukan setiap bulan dan diumumkan pada kegiatan upacara bendera atau pada kegiatan memperingati hari-hari besar nasional. Sebagai bentuk apresiasi yang tinggi dari sekolah siswa putra yang banyak mengunjungi perpustakaan mendapat reward sebagai raja baca sedangkan siswa putri sebagai ratu baca. Bentuk rewardnya yaitu selendang raja dan ratu baca, piagam penghargaan dari kepala sekolah, buku bacaan, alat-alat tulis, dan ahdiah lainnya yang menarik.

Kelima, tantangan menulis artikel bagi para guru. Guru ditantang untuk menulis artikel tentang pengalaman mengajar yang menarik. Artikel-artikel yang ditulis guru itu kemudian dibukukan sebagai kumpulan tulisan hasil karya bersama. Keenam, menerbitkan majalah sekolah. Majalah ini dikelola oleh para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik. Isinya memuat tulisan-tulisan para siswa, guru, liputan sekolah, foto-foto kegiatan, dan lain-lain. Ketujuh, menerbitkan buku kumpulan puisi karya siswa. Setiap siswa yang berminat diminta untuk menuliskan pengalamannya berupa puisi. Pada proses penyusunan puisi, siswa dibimbing langsung oleh tim literasi atau guru bahasa Indonesia. Puisi-puisi itu kemudian dipilih untuk diterbitkan menjadi buku antologi.

Selain yang dikemukakan di atas, untuk mewujudkan sekolah yang literat yaitu harus adanya kolaborasi antara sekolah dengan orang tua. Bentuk kolaborasinya yaitu (1) semua orang tua harus ikut mendorong dan memberi contoh agar putra-putrinya memiliki minat membaca dan menulis; (2) membimbing dan mengarahkan putra-putrinya di rumah agar memiliki minat membaca dan menulis; (3) menghadiri undangan pada kegiatan membaca bersama orang tua sekolah; (4) mewakafkan buku atau bahan bacaan lain ke sekolah; dan (5) ikut serta mengawasi putra-putrinya di rumah dalam hal kegiatan literasi baca tulis.

Program membangun sekolah literat akan sukses apabila ada kolaborasi dengan pihak orang tua di rumah. Apa yang dicanangkan di sekolah terkait dengan literasi harus mendapat dukungan dari orang tua. Dukungan itu yang paling penting yaitu sama-sama ikut serta mendorong, membimbing, dan mengawasi putra-putrinya di rumah khususnya dalam hal penumbuhan minat membaca dan menulis. Dengan demikian ada kesamaan persepsi dan sikap antara pihak sekolah dengan orang tua terkait dengan pentingnya membaca dan menulis. Jika hal ini terjadi dengan baik, sekolah yang literat dan siswa yang cerdas itu akan benar-benar terwujud. Masyarakat Indonesia masa depan yang cerdas akan menjadi kenyataan. Semoga!

KSPS-BUDI

Dr. Budi Suhardiman, M.Pd.
Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Garut

# ditkspstk # merdekabelajar # sekolah # kepalasekolah # budisuhardiman # smpnegeri6garut
INFO KSPSTK
QnA!